Pepatah Orang Jawa

Orang Jawa kaya akan pepatah, biasanya mereka menggunakan pepatah atau kata-kata bijak dalam memberikan nasihat kepada sesama terutama kepada meraka yang lebih muda. Tak hanya itu, mereka juga menggunakan pepatah untuk mengkritik kelakuan seseorang kerana orang jawa penuh dengan pepatahnya. Mereka segan untuk menyampaikan hal yang sebenarnya dan secara langsung, di samping itu sifat ramah tamah orang jawa tidak memungkinkan untuk melakukan kritikan secara langsung yang akan menyinggung perasaan orang lain, sehingga mereka selalu menggunakan pepatah atau kata-kata bijak. Pepatah itu kadang-kadang membuatkan kita memikirkan maksudnya yang mendalam.

Berikut ini akan kami sajikan kata-kata mutiara kehidupan jawa yang biasa diucapkan oleh orang jawa dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai bentuk pujian maupun kritikan.

PEPATAH ORANG JAWA

Mikul dhuwur, mendhem jero
(Mengangkat setinggi-tingginya, mengubur sedalam-dalamnya. Maksudnya, menilai seseorang dalam hal kebaikannya patut diunggulkan tetapi simpan kejelekan sedalam-dalamnya, janganlah disebarluaskan).

Wong Jawa nggone semu
(Orang Jawa suka tersembunyi. Maksudnya, orang Jawa itu dalam berpikir dan bersikap cenderung menggunakan kata mutiara, kata bijak, pepatah, kiasan, simbol, sanepa).

Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah
(Kerukunan membuat menjadi kokoh, bertengkar menjadikan kehancuran/rusak. Maksudnya, dalam kehidupan sehari-hari selalu rukun agar semakin kuat, jangan saling bermusuhan).

Anak polah, bapa kepradhah
(Setiap anak bertingkah, bapak akan selalu ikut bertanggung jawab. Maksudnya, sekalipun anak yang bertingkah laku bahkan tingkah lakunya menyimpang, orang tua yang bertanggung jawab).

Kacang ora ninggal lanjaran
(Orang tua dan anak diibaratkan kacang panjang dan ajir, tidak dapat dipisahkan. Tingkah laku seorang anak mencerminkan tingkah laku orang tuanya).

Emban cindhe, emban siladan
(Menggendong dengan selendang, menggendong dengan irisan bambu tipis tajam. Maksudnya, memberikan nasihat kepadara para orang tua agar jangan membedakan kasih sayang kepada semua anak-anaknya).

Cekelen iwakke, aja buthek banyune
(Tangkaplah ikannya, tapi jangan sampai keruh. Maksudnya, setiap menyelesaikan masalah janganlah diperkeruh, yang terpenting inti permasalahannya terselesaikan dengan baik).

Becik ketitik, ala ketara
(Siapa yang berbuat baik dan berbuat jahat akan ketahuan. Maksudnya, memberikan nasihat bahwa jangan takut untuk berbuat baik sekalipun terlihat jahat (jangan sebaliknya berbuat jahat tetapi nampak berbuat baik) karena sesuatu yang baik pasti akan terlihat baik sekalipun membutuhkan waktu yang lama, sedangkan sesuatu yang jahat atau buruk juga akan ketahuan di kemudian hari, hanya waktu yang bisa menjawabnya)

Aja njagakake endoge blorok
(Jangan mengharapkan ketidakpastian. Maksudnya, janganlah berangan-angan mengharapkan sesuatu yang belum pasti, diibaratkan endoge blorok (telurnya ayam blorok), ayam belum tentu bertelur tetapi sudah diharapkan telurnya).

Ana dina, ana upa
(Ada hari, ada nasi. Maksudnya, selama masih ada kehidupan kita masih bisa bekerja, sehingga kita masih bisa mendapatkan rezeki).

Ana sethithik dipangan sethithik
(Dapat sedikit, dimakan sedikit. Maksudnya, memberikan nasihat untuk selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan, caranya dengan menerima rezeki yang diberikan sekalipun sedikit harus tetap disyukuri. Berarti dalam membelanjakannya juga harus terukur).

Ora obah ora mamah
(Tidak mau bekerja, tidak dapat makan. Maksudnya, orang yang malas bekerja bakalan kelaparan. Memberikan motivasi untuk selalu bekerja mencari nafkah agar bisa mempertahankan hidup).

No comments:

Post a Comment